widget

widget

My Publishers

Thursday, November 25, 2010

Sejarah Terbentuknya Bumi



SEJARAH TERBENTUKNYA BUMI
Bumi yang terbentuk berupa materi padat tanpa air an dikelilingi awan gas. Radiasi berbagai material dan meningkatnya tekanan di dalam bumi secara bertahap menghasilkan panas yang sanggup mencairkan bagian dalam bumi. Berbagai material berat seperti besi menjadi tenggelam sedangkan material ringan seperti silika (batuan yang terdiri dari silikon dan oksigen) muncul ke permukaan bumi dan membentuk lapisan keras kulit bumi yang pertama.
Panasnya perut bumi juga menyebabkan zat-zat kimia di dalam bumi muncul ke permukaan. Beberpa zat kimia membentuk air dan ada juga yang menjadi gas-gas yang membentuk atmosfer. Selama lebih dari jutaan tahun secara perlahan-lahan air berkumpul di tempat-tempat yang rendah dan membentuk lautan. Daratan berkembang di bumi, air hujan, dan sungai melarutkan garam dan berbagai subtansi dalam batuan yang selanjutnya dibawa menuju lautan, sehingga membuat air laut menjadi asin.
B. SEJARAH PERKEMBANGAN MUKA BUMI
1. Teori Apung Benua (Continental Drift)
Pada awal tahun 1912-an, Alfred.L.Wegener seorang ahli klimatologi dan geofisika menerbitkan buku yang berjudul ”The Origin of Continentand Oceans” dalam buku tersebut ia mengajukan sebuah ide tentang ”teori apung benua”. Idenya berpusat pada benua-benua yang bergerak melintasi permukaan bumi. Menurut wagener, benua terdiri atas batuan sial yang terapung pada batuan sima yang lebih besar berat jenisnya. Benua-benua itu bergerak menuju katulistiwa. Dan kebagian barat. Pada zaman karbon, kemungkinan besar hanya ada satu benua yaitu pangaea. Lebih kurang 200 Juta tahun yang lalu, terbentuk daratan gondwana dan lauratia yang merupakan pecahan dari pangaea, dan seterusnya. Bersama teman-temannya, ia merngumpulkan bukti atas teorinya, diantaranya adalah adanya kesesuaian antara amerika selatan dan afrika, baik dari segi paleoklimatik, fosil, maupun struktur batuan yang kesemuanya menunjukkan bahwa kedua benua tersebut pernah menjadi satu.
Menurut para ahli, teori inilah yang mendasari pembentukan lempeng-lempeng bumi, yang masih terus bergerak dan memicu gempa di berbagai wilayah. Termasuk gempa-gempa yang terjadi di indonesia.
2. Teori Tektonik Lempeng.
Beberapa tahun setelah Wegener mengajukan teorinya, pada tahun 1968 dikemukakan sebuah teori yang lebih memuaskan daripada teori pengapungan kontinen. Teori ini kemudian di namakan teori tektonik lempeng. Teori ini menyatakan bahwa bagian dari bumi yaitu pada bagian litosfer, terdapat sekitar 20 segmen yang padat yaitu lempeng. Dari semua itu, lempeng terbesar adalah lempeng pasifik yang menempati sebagian besar lautan. Semua lempengan besar lainnya dapat berupa kerak-kerak benua mupun kerak samudra. Sedangkan lempeng-lempeng yang lebih kecil, umumnya hanya sebagai kerak samudera. Contohnya, lempeng nazcak di lepas pantai barat amerika selatan.
Litosfer terletak diatas zona atau material yang lebih lemah dan lebih panas atau di sebut astenosfer. Salah satu prinsip utama dari teori tektonik lempeng bahwa setiap lempeng bergerak-gerak sebagai satu unit terhadap unit lain. Ada 3 type batas-batas lempeng yang masing-masing di bedakan darijenis pergerakannya, yaitu :
a. Divergen. Lempeng-lempeng bergerak saling menjauh yang menyebabkan naiknya material dari mantel bumi dan membentuk lantai samudra yang luas.
b. Konvergen. Lempeng-lempeng bergerak saling mendekati yang menyebabkan salah satu dari lempeng tersebut masuk ke dalam mantel bumi dan berada di bawah lempeng lainnya.
c. Patahan Transform. Lempeng-lempeng bergerak saling bergesekan tanpa menyebabkan penghancuran pada litosfer.
Bumi memiliki beberapa lapisan atau bagian. Lapisan fisis pertama yang paling dalam adalah mesosfer. Lapisan ini cukup tebal, pejal, dan berada di kedalaman lebih dari 500 km. Lapisan inilah yang mengurung inti bumi (inner core) dan selubungnya (outer core), inner core berbentuk seperti bola padat, kira-kira terpusat pada kedalaman 5.150 km. Sementara di atasnya (diapit mesosfer) terletak outer core yang cair.
Di atas mesosfer terdapat lapisan astenosfer. Yaitu lapisan yang terletak pada kedalaman 100-300 km. Lapisan ini lebih cair dan bersifat seperti fluida. Lapisan ini terus bergerak sepanjang waktu akibat tekanan dari lapisan yang mengapitnya. Lapisan ini merupakan asal dari magma gunung api.
Bagan lapisan bumi
 Menurut komposisi fisik, terdiri dari: inner core (padat), outer core (cair), mesosfer (padat), astenosfer (fluida), dan litosfer (keras).
 Menurut komposisi kimia, terdiri dari: core (besi), mantel (silikat), dan kerak (silikat).
Di atas astenosfer selanjutnya ada litosfer, lapisan fisis terluar bumi yang memiliki ketebalan sekitar 100 km. Di lapisan ini terhampar kerak bumi yang keras, relatif dingin, dan mampu menahan beban. Di lapisan terluar inilah terletak lempeng-lempeng bumi, yang di atasnya terhampar benua, pulau, gunung, dan lain sebagainya. Kerak lautan (oceanic crust) memiliki sekitar 6 km, sementara kerak benua (continental crust) dengan pegunungan yang mencapai ketebalan hingga 64 km.
Permukaan bumi diperkirakan tersusun dari 20 lempeng (ada juga yang menyebut 15) yang terbagi atas lempeng besar dan lempeng kecil, dengan ketebalan antara 70 – 100 km. Lempeng-lempeng ini senantiasa masih berkembang, luruh ,dan bergerak karena berada diatas lapisan astenosfer yang cair dan amat panas.
Tujuh diantara lempeng-lempeng di permukaan bumi dikategorikan sebagai lempeng besar / utama atau lempeng yang digolongkan sebagai lempeng utama penyusun litosfer, yaitu :
1. Lempeng Afrika .
2. Lempeng Amerika Utara.
3. Lempeng Amerika Serikat.
4. Lempeng Pasifik.
5. Lempeng Aurasia.
6. Lempeng Indo-Australia.
7. Lempeng Antartika.
Lempeng-lempeng yang berukuran lebih kecil antara lain Lempeng Filipina, Lempeng Adriatik, Lempeng Iran, dan Lempeng Hellenik.

No comments:

Post a Comment

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...